Ke mana kita menyeru

Buku: Ke mana kita menyeru
Tulisan : Imam Hasan Al-Banna

Barangkali telah banyak saudara berbincang dengan seseorang atau sekumpulan orang tentang berbagai masalah. Saudara beranggapan bahawa apa yang saudara sampaikan itu adalah sesuatu yang jelas, terang dan terperinci. 
Saudara akan menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan sesuatu sehingga seluruh isi hati dicurahkan bagi memperjelaskan sesuatu perkara. Dalam kontek ini saudara telah menyampaikan kepada mereka akan kenyataan-kenyataan yang saudara lihat dengan jelas, seperti kata pujangga bagai sinar matahari di siang hari. 
Setelah itu saudara rasa terpegun apabila semuanya menjadi jelas, tetapi ternyata orang yang diajak berbicara tadi belum mengerti dan faham akan maksud saudara.

Perkara ini sering kali saya lihat berlaku, dan setelah dikaji dua masalah penting.
Pertama: 
Kebiasaannya yang sebagai neraca bagi suatu pembicaraan adalah diri kita sendiri, sehingga kita tidak melihat kepada tanggapan pihak lain yang sudah tentunya mempunyai beberapa perbedaan. 

Kedua: 
Isi pembicaraan yang disampaikan terlalu sulit dan sukar difahami walaupun kita meyakini apa yang telah disampaikan itu cukup jelas dan nyata. 

*

"Bila kita memanjatkan nasab kita kepada Allah di sana terdapat satu hikmat yang dapat diketahui setelah nasab tersebut benar-benar terlaksana dalam praktiknya. Hikmat yang dimaksudkan di sini ialah limpahan iman yang menyeluruh, kesyukuran yang menebal di jiwa saudara di atas kejayaan yang saudara capai. Hasil dari limpahan iman ini saudara tidak akan merasa takut kepada semua manusia, tidak gerun menghadapi alam sejagat andainya alam tegak di hadapan saudara cuba menawan 'aqidah saudara dan melemahkan perinsip yang saudara pegang"

0 comments:

Post a Comment